Sabtu, 08 Maret 2014

KEWIRAUSAHAAN


YUNDA FADILA ( 17612955 )
2SA03 
 1)  Pengertian Kewirausahaan
kewirausahaan adalah sikap dan perilaku seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang sedang dijalankannya dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
2)      Ruang Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan
Contoh dari hal yang disekitar kita misalnya usaha dalam bidang perdagangan. Tidak semua usaha dagang yang dimulai dengan modal yang besar. Ada beberapa orang yang memulai usaha dagangnya dengan modal yang kecil dan mereka berharap mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Hal itu menunjukan pada prinsip ekonomi yaitu mengeluarkan modal yang kecil dan mengaharapkan untung yang sebesar-besarnya. Didalam ruang lingkup dan proses terbentuknya kewirausahaan tentunya diperlukan disiplin ilmu dan pengembangannya.
3)      Disiplin Ilmu dan Pengembangannya
Dalam teori ekonomi, kewirausahaan ditekankan pada identifikasi peluang yang
terdapat pada fungsi inovasi dari wirausaha dalam menciptakan kombinasi sumber daya ekonomis sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
Studi kewirausahaan kemudian berkembang dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti karakteristik kepribadian wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi penelitian ditekankan pada pengaruh dari lingkungan sosial dan kebudayaan dalam pembentukan masyarakat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) mengatakan walaupun perbedaan sudut pandang, penelitian yang dilakukan baik oleh ahli ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada kegiatan kewirausahaan serta sebab akibatnya pada tingkat mikro dan makro. Sementara itu fenomena kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian baku yang dianut oleh semua ahli (Shapero, 1982).
4)      Kewirausahaan dan Berbagai Sudut Pandang
Ø  Pandangan Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan factor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan produksi lainnya.


Ø  Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis dan orgasisasi usaha baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.
Ø  Pandangan Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993 : 35), wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha adalah orang yang mengorganisasikan, mengelola dan berani menanggung resiko sebuah usaha atau perusahaan. Sedang wirausaha adalah orang yang menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara menciptakan konsep usaha yang baru atau peluang dalam perusahaan yang sudah ada.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Ø  Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
Ø  Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat.
5)      Teori Life Path Change
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara,terkadang merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya dan merekapun memilih untuk menjadi wirausaha .
c. Having positive pull
Orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha.
6)      Teori Goal Directed Behaviour
Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini disebut dengan Goal Directed Behavior.

Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan (wirausaha).
7)      Teori Outcome Expectency
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yan akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan.
Jenis Outcome Expectancy
      Menurut bandura (1986) ada berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:


a.      Insentif primer
   Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita seperti makan, minum, kontak fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika seseorang dalam keadaan sangat kekurangan, seperti kurang makan/minum.
b.      Insentif sensoris
            Beberapa kegiatan manusia ditujukan untk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat di lingkungannya.
c.       Insentif sosial
            Manusia akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari satu individu.
d.      Insentif yang berupa token ekonomi
            Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat, penambahan tunjungan, dan lain-lain.
e.       Insentif yang berupa aktivitas
            Teori-teori mengenai reinforcement yang sangat terikat pada dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata dari penelitian terbaru diketahui bahwa beberapa aktivitas atau kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri pada individu.
f.        Insentif status dan pengaruh
            individu seringkali dikaitkan dengan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial memberikan kesempatan kepada orang itu untuk mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat, mereka dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dan lain-lain.
g.      Insentif berupa terpenuhinya standar internal
            Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari pekerjaanya. Insentif bukan berasal dari hal di luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang. Reaksi diri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seorang yang merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha segenap potensinya dapat tersalurkan.
8)      Tujuan Terbentuknya Kewirausahaan
a. Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan berusaha untuk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan lainlain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero & Sokol, 1982).

b. Pengambilan keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi alternatif pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas informasi yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat besar (Reitman, 1976) dalam usahanya mengambil keputusan untuk menjadi wirausaha.

c. Goal Directed Behavior
Keputusan menjadi wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan dia dapat jika melakukan tindakan tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman, 1973).

d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat penting untuk pengambilan keputusan menjadi wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melakukan kegiatan tertentu.
9)      Peran Pendidikan dalam Pembentukan Kewirausaha
Peran pendidikan dalam pembentukan wirausaha sangat penting. Karena melalui pendidikan, kita dapat mengerti bagaimana caranya merintis sebuah usaha agar kita tidak mengalami kerugian. Didalam pendidikan yang kita jalani, kita diajarkan bagaimana memulai untuk membuka dan mengelola sebuah usaha. Jika kita sudah mengetahui dan mengerti cara-cara dalam bidang kewirausahaan, kita dapat mengatur usaha kita agar tidak mengalami kerugian dan gulung tikar.


10)  Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan, dan insentif. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Jadi, kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang.

Selasa, 19 November 2013

Pengertian Agama dan Masyarakat , Hubungan Agama dan Mayarakat serta Dimensi Komitmen Agama



Ø  Agama
Agama menurut kamus besar bahsa Indonesia adalah ajaran, system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta dengan lingkungannya.
Ø  Masyarakat
Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama, seperti keluarga.
Sudah kita ketahui bahwa di Indonesia banyak sekali agama yang di anut. Tentunya hal tersebut sangat berhubungan dengan masyarakat. Suatu masyarakat tentunya terdiri dari beberapa agama yang berbeda dan seharusnya hal tersebut tidak menjadi penghambat untuk saling bersosialisasi. Meskipun kita dalam ruang lingkup agama yang berbeda, kita harus tetap menjalin silahturahmi dengan baik agar tudak terjadi perselisihan.
Agama bukanlah suatu hal yang dapat membedakan cara bergaul seseorang. Berbeda agama bukan berarti kita harus bermusuhan melainkan dengan kita berbeda agama kita belajar untuk bisa lebih menghargai seseorang. Kita harus saling menghormati, menghargai dan menolong antar sesama meskipun kita berbeda agama. JIka kita saling menolong, menghormati dan menghargai, akan terciptalah suasana damai dan kerukunan dalam kehidupan.
 Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson :
a. dimensi keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu.
b. Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata.
c. Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan.
d. Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu.
e. Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.





Hubungan Teknologi dan Kemiskinan



Teknologi
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada. Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Kemiskinan
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan,  pakaian dan tempat berteduh.
Dalam hal ini teknolgi dan kemiskinan sangat berkaitan. Dengan seiringnya waktu berjalan dari tahun ketahun, perkembangan teknologi semakin canggih. Tetapi hal tersebut tidak di imbangi dengan kehidupan masyarakat. Masih banyak masyarakat yang belum mengenal tentang teknologi atau bahkan mereka mungkin kurang mengetahui kecanggihan teknolgi di zaman sekarang.
Contohnya kemiskinan khususnya di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak mendapatkan kehidupan yang layak, banyak masyarakat yang tidak mengenyam pendidikan yang semestinya mereka dapatkan. Padahal pemerintah sudah menerapkan program wajib belajar 9 tahun dan program sekolah gratis. Tetapi mengapa sampai sekarang masih saja banyak masyarakat yang tidak bersekolah? Mungkin salah satu alasan  dari mereka adalah tidak mempunyai biaya untuk bersekolah atau mungkin mereka sudah bersekolah akan tetapi mereka putus sekolah dikarenakan desakan ekonomi yang kurang memadai.
Padahal di zaman sekaran, pendidikan sangatlah penting. Mungkin sebagian dari mereka lebih memilih untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal sebenarnya, jika kita tidak mengenyam pendidikan, kita tidak dapat mengerti tentang kehidupan diluar sana. Mereka dapat selalu dibohongi oleh oranglain yang mungkin lebih berpendidikan. Akibatnya mereka akan terus menerus hidup tidak layak. Sebaiknya kita menyadari bahwa kita sebagai makhluk social, kita tidak dapat gidup sendiri. Kita tentunya butuh bantguan dari oranglain. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kita membantu antar sesama terutama dalam bidang pendidikan. Dengan pendidikan lah kita dapat mengetahui kecanggihan teknolgi yang semakin berkembang.