YUNDA FADILA ( 17612955 )
2SA03
1) Pengertian Kewirausahaan
2SA03
1) Pengertian Kewirausahaan
kewirausahaan adalah sikap dan perilaku seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang sedang dijalankannya dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
2) Ruang
Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan
Contoh dari hal yang disekitar kita misalnya usaha
dalam bidang perdagangan. Tidak semua usaha dagang yang dimulai dengan modal
yang besar. Ada beberapa orang yang memulai usaha dagangnya dengan modal yang
kecil dan mereka berharap mendapatkan untung yang sebesar-besarnya. Hal itu
menunjukan pada prinsip ekonomi yaitu mengeluarkan modal yang kecil dan
mengaharapkan untung yang sebesar-besarnya. Didalam ruang lingkup dan proses
terbentuknya kewirausahaan tentunya diperlukan disiplin ilmu dan
pengembangannya.
3) Disiplin
Ilmu dan Pengembangannya
Dalam teori
ekonomi, kewirausahaan ditekankan pada identifikasi peluang yang
terdapat pada
fungsi inovasi dari wirausaha dalam menciptakan kombinasi sumber daya ekonomis
sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
Studi kewirausahaan
kemudian berkembang dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang
wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan
meneliti karakteristik kepribadian wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi
penelitian ditekankan pada pengaruh dari lingkungan sosial dan kebudayaan dalam
pembentukan masyarakat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) mengatakan
walaupun perbedaan sudut pandang, penelitian yang dilakukan baik oleh ahli
ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada kegiatan
kewirausahaan serta sebab akibatnya pada tingkat mikro dan makro. Sementara itu
fenomena kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu
pengertian baku yang dianut oleh semua ahli (Shapero, 1982).
4) Kewirausahaan
dan Berbagai Sudut Pandang
Ø Pandangan
Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi, wirausaha adalah orang yang
mengkombinasikan factor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga kerja,
material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Wirausaha juga
merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan
produksi lainnya.
Ø
Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kemampuan
dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya seperti keuangan, material,
tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan produk, proses produksi, bisnis
dan orgasisasi usaha baru (Marzuki Usman,
1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur
internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimism, dorongan, semangat
dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.
Ø Pandangan
Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough dan Zimmerer (1993 : 35),
wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi
resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan sumber-sumber
daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan John F. Burgess (1993 :
35), pengusaha adalah orang yang mengorganisasikan, mengelola dan berani
menanggung resiko sebuah usaha atau perusahaan. Sedang wirausaha adalah orang
yang menanggung resiko keuangan, material, dan sumber daya manusia, cara
menciptakan konsep usaha yang baru atau peluang dalam perusahaan yang sudah
ada.
Dalam konteks bisnis menurut Sri Edi Swasono (1978 :
38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha.
Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator, penanggung resiko yang
mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam prestasi di bidang usaha.
Ø Pandangan
Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki dorongan kekuatan
dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka bereksperimen untuk
menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
Ø Pandangan
Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan
kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk menggunakan
sumber daya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yang disenangi
masyarakat.
5) Teori
Life Path Change
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara,terkadang merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya dan merekapun memilih untuk menjadi wirausaha .
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
b. Being between things
Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara,terkadang merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya dan merekapun memilih untuk menjadi wirausaha .
c.
Having positive pull
Orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha.
Orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha.
6) Teori Goal Directed Behaviour
Menurut
Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk
mencapai tujuan tertentu. Teori ini disebut dengan Goal Directed Behavior.
Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan (wirausaha).
Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan (wirausaha).
7) Teori Outcome Expectency
Bandura (1986)
menyatakan bahwa outcome expectancy bukan
suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah
seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.
Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang
mengenai hasil yan akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku
tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan.
Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) ada berbagai jenis
insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis
memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:
a. Insentif
primer
Merupakan imbalan yang berhubungan dengan
kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita seperti makan, minum, kontak fisik, dan
sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika seseorang dalam keadaan sangat
kekurangan, seperti kurang makan/minum.
b. Insentif
sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan
untk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat di lingkungannya.
c. Insentif
sosial
Manusia akan melakukan sesuatu untuk
mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan
atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara
efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari satu
individu.
d. Insentif
yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat,
penambahan tunjungan, dan lain-lain.
e. Insentif
yang berupa aktivitas
Teori-teori mengenai reinforcement
yang sangat terikat pada dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan
memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis.
Ternyata dari penelitian terbaru diketahui bahwa beberapa aktivitas atau
kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri pada individu.
f.
Insentif status dan pengaruh
individu seringkali dikaitkan dengan
status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial
memberikan kesempatan kepada orang itu untuk mengontrol perilaku orang lain,
baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan kedudukannya yang tinggi dalam
masyarakat, mereka dapat menikmati imbalan materi, penghargaan sosial,
kepatuhan, dan lain-lain.
g. Insentif
berupa terpenuhinya standar internal
Insentif ini berasal dari tingkat
kepuasan diri yang diperoleh individu dari pekerjaanya. Insentif bukan berasal
dari hal di luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang. Reaksi diri
yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk imbalan internal
yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seorang yang merasakan bahwa
kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja sebagai karyawan, akan
lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha segenap potensinya dapat
tersalurkan.
8) Tujuan Terbentuknya Kewirausahaan
a.
Deficit equilibrium
Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan berusaha untuk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan lainlain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero & Sokol, 1982).
b. Pengambilan keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi alternatif pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas informasi yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat besar (Reitman, 1976) dalam usahanya mengambil keputusan untuk menjadi wirausaha.
c. Goal Directed Behavior
Keputusan menjadi wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan dia dapat jika melakukan tindakan tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman, 1973).
d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat penting untuk pengambilan keputusan menjadi wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melakukan kegiatan tertentu.
Seseorang merasa adanya kekurangan dalam dirinya dan berusaha untuk mengatasinya. Kekurangan tersebut tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan lainlain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang lain (Shapero & Sokol, 1982).
b. Pengambilan keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong dia untuk mencari pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi alternatif pemecahan yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas informasi yang diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat besar (Reitman, 1976) dalam usahanya mengambil keputusan untuk menjadi wirausaha.
c. Goal Directed Behavior
Keputusan menjadi wirausaha diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Di sini masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan sebagai pemecahan. Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan dia dapat jika melakukan tindakan tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman, 1973).
d. Pencapaian Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan sangat penting untuk pengambilan keputusan menjadi wirausaha. Tujuan ini berupa insentif yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melakukan kegiatan tertentu.
9) Peran
Pendidikan dalam Pembentukan Kewirausaha
Peran pendidikan dalam pembentukan wirausaha sangat penting. Karena melalui pendidikan, kita dapat mengerti bagaimana caranya merintis sebuah usaha agar kita tidak mengalami kerugian. Didalam pendidikan yang kita jalani, kita diajarkan bagaimana memulai untuk membuka dan mengelola sebuah usaha. Jika kita sudah mengetahui dan mengerti cara-cara dalam bidang kewirausahaan, kita dapat mengatur usaha kita agar tidak mengalami kerugian dan gulung tikar.
Peran pendidikan dalam pembentukan wirausaha sangat penting. Karena melalui pendidikan, kita dapat mengerti bagaimana caranya merintis sebuah usaha agar kita tidak mengalami kerugian. Didalam pendidikan yang kita jalani, kita diajarkan bagaimana memulai untuk membuka dan mengelola sebuah usaha. Jika kita sudah mengetahui dan mengerti cara-cara dalam bidang kewirausahaan, kita dapat mengatur usaha kita agar tidak mengalami kerugian dan gulung tikar.
10) Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh factor
internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan,
kemampuan, dan insentif. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Jadi,
kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam
mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi
resiko untuk memperoleh peluang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar